PT IBM Indonesia mengungkapkan bahwa mereka mengalami peningkatan jumlah pelanggan kecerdasan buatan generatif (generatif AI) yang signifikan pada bulan September 2024 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan dan individu yang tertarik untuk memanfaatkan Teknologi canggih ini dalam berbagai aplikasi, mulai dari pengembangan produk hingga analisis data. Peningkatan ini mencerminkan tren global yang semakin mengarah pada adopsi Teknologi AI yang lebih luas, serta kepercayaan yang semakin tinggi terhadap kemampuan generatif AI dalam meningkatkan efisiensi dan inovasi.
Direktur Utama PT IBM Indonesia, Roy Kosasih, menyatakan bahwa pertumbuhan ini dipicu oleh tingginya permintaan akan Teknologi kecerdasan buatan di berbagai perusahaan. Hampir semua korporasi telah mengambil keputusan untuk mengimplementasikan Teknologi AI. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa perusahaan yang tidak memanfaatkan generatif AI berisiko tertinggal dari pesaingnya.
Karyawan di perusahaan yang menerapkan kecerdasan buatan akan berkontribusi pada percepatan perkembangan perusahaan tersebut. Menurut survei Bisnis Value yang dirilis oleh IBM, hampir 40% perusahaan di Indonesia dan secara global telah mengambil keputusan untuk mengadopsi kecerdasan buatan. Ini menunjukkan bahwa banyak organisasi mulai menyadari pentingnya Teknologi ini dalam meningkatkan daya saing mereka. Dengan adanya kecerdasan buatan, karyawan dapat lebih fokus pada tugas-tugas strategis dan kreatif, sementara tugas-tugas rutin dan berulang dapat diotomatisasi, sehingga meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
Roy menyatakan bahwa sektor yang paling tertarik untuk mengadopsi solusi AI dari IBM adalah perbankan, asuransi, dan layanan keuangan lainnya.
"Sektor manufaktur dan industri jasa juga telah menunjukkan ketertarikan yang besar. Namun, secara global, penggunaan AI generatif tidak hanya terfokus pada tiga industri tersebut, melainkan juga hadir di sektor ritel, transportasi, dan logistik," kata Roy.
Senior Data & AI Partner Technical Specialist IBM Indonesia Muhammad Fachrizal Sinaga, menyatakan bahwa kecerdasan buatan (AI) bukanlah sebuah Teknologi yang hanya populer dalam waktu tertentu. Ia menjelaskan bahwa meskipun saat ini AI sedang menjadi sorotan utama di berbagai sektor, Teknologi ini sebenarnya telah dikembangkan sejak tahun 1956. Sejak saat itu, penelitian dan inovasi dalam bidang AI terus berlanjut, menunjukkan bahwa kecerdasan buatan adalah suatu bidang yang memiliki fondasi yang kuat dan berkelanjutan.
Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, adopsi kecerdasan buatan di perusahaan telah meningkat sebanyak tujuh kali, berkat manfaat yang ditawarkannya dalam meningkatkan produktivitas. Dia mengungkapkan bahwa penggunaan AI generatif di lingkungan perusahaan memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan penggunaannya di sektor ritel. Ada lima hal yang harus dipersiapkan oleh perusahaan untuk memaksimalkan pemanfaatan AI.
Pertama, tidak ada satu pun model yang dapat memenuhi semua pertanyaan di pasar enterprise, mengingat kebutuhan yang beragam. Hal ini menyebabkan munculnya ratusan ribu model AI, yang masing-masing memiliki pemanfaatan dan sektor yang berbeda. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan yang unik.
Oleh karena itu, perusahaan memerlukan solusi yang mampu mendukung lebih dari satu model.
Kedua, terdapat pendekatan multi hybrid cloud atau AI yang berbasis di cloud. Tren AI di masa depan menunjukkan bahwa pemanfaatan AI berbasis komputasi awan akan semakin meningkat. Namun, banyak perusahaan yang menginginkan agar AI mereka berfungsi secara on premise, yaitu AI yang dijalankan oleh sistem komputer lokal yang berada di lokasi.
Ketiga, kepatuhan terhadap sumber informasi adalah aspek yang tidak boleh diabaikan. Perusahaan memerlukan solusi yang dapat menunjukkan dengan transparan asal usul data yang digunakan.
Keempat, terkait dengan nilai skala, perhatian terhadap fondasi data sangatlah penting. Jika fondasi data tidak dikelola dengan baik, maka jawaban yang dihasilkan oleh AI akan menjadi kurang tepat, tidak profesional, dan sulit untuk diverifikasi.
Terakhir, menyelaraskan data ke dalam satu ukuran yang konsisten sangatlah penting. Ini memerlukan adanya platform yang mampu mengelola seluruh variasi data yang ada.
"Peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui optimalisasi dan efisiensi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, AI berperan," ungkap Fachrizal.
Dia menyatakan bahwa jumlah model AI yang ada saat ini terus mengalami peningkatan. Saat ini, IBM mencatat bahwa terdapat 725.000 model AI berdasarkan data dari The Hugging Face. Sementara itu, pada awal bulan Mei, jumlah model AI tersebut masih sekitar 670.000.
Dalam beberapa minggu terakhir, perkembangan model AI telah mengalami kemajuan yang signifikan. "Model mana yang dapat diterapkan untuk perusahaan?" tanya Fachrizal.
Meta Luncurkan Fitur Edit video Berbasis Kecerdasan Buatan
Meta Platforms meluncurkan 2 fitur AI baru: Emu Video (video 4 detik dengan keterangan) & Emu Edit (pengeditan lebih mudah dengan petunjuk teks)
Baca Lebih LanjutLinkedIn: 65 Persen Keterampilan Kerja Berubah di 2030 karena AI
LinkedIn memproyeksikan perubahan keterampilan pekerjaan di 2030 seiring perkembangan AI. Tenaga kerja Indonesia antusias menggunakan AI dalam karier
Baca Lebih LanjutIni Prediksi Nokia Soal Tren Teknologi 7 Tahun ke Depan
Nokia merilis "Nokia Technology Strategy 2030" menanggapi perkembangan teknologi terkini.
Baca Lebih LanjutCopyright © 2023 Visi Global Teknologi. All rights reserved.